Gerakan Penolakan Masyarakat Adat Terhadap Reklamasi Teluk Benoa
Abstract
Abstract
Decision to the reclamation of Benoa Bay which was based on human greed for nature invited a lot of rejection, especially from the Balinese people, plus there was a change in the status of Benoa Bay which was originally a conservation area in Presidential Decree No. 45 of 2011 became a cultivation area in Presidential Decree no. 51 of 2014. The movement of the Balinese people against the reclamation of Benoa Bay is colored by the thick collective identity of Balinese indigenous people. Initially, the reason for the movement against reclamation was dominated by reasons for the quality of life of the people and the health of the Balinese environment, but with the intervention of indigenous peoples, this movement has slowly shown a narrative of defending the sanctity of the Benoa Bay area. Writing this journal aims to examine the role of indigenous peoples in the movement against the Benoa Bay reclamation. The preparation of this journal uses a qualitative method of literature study approach. The result obtained is that the Balinese people formed a collective group of indigenous peoples who held an action. This action is based on the fact that reclamation is considered to be able to destroy various sacred points in Benoa Bay.
Keywords: Benoa Bay reclamation, Indigenous peoples, Social movements.
Abstrak
Keputusan reklamasi teluk benoa yang berlandaskan keserakahan manusia terhadap alam mengundang banyak penolakan terutama dari masyarakat bali, ditambah lagi ada perubahan status teluk benoa yang semula adalah wilayah konservasi pada Perpres No. 45 Tahun 2011 menjadi kawasan budidaya pada Perpres No. 51 Tahun 2014. Gerakan masyarakat bali menolak reklamasi teluk benoa diwarnai dengan pekatnya identitas kolektif warga adat bali. Pada awalnya alasan gerakan penolakan reklamasi ini didominasi oleh alasan kualitas kehidupan masyarakat dan kesehatan lingkungan bali, namun atas campur tangan masyarakat adat perlahan gerakan ini memperlihatkan narasi pembelaan kesucian wilayah teluk benoa. Ditulisnya jurnal ini bertujuan untuk mengkaji peran masyarakat adat pada gerakan penolakan reklamasi teluk benoa. Penyusunan jurnal ini menggunakan metode kualitatif pendekatan studi literature. Hasil yang didapat ialah masyarakat bali membentuk kelompok kolektif masyarakat adat yang mengadakan aksi. Aksi tersebut didasari karena reklamasi dianggap dapat menghancurkan beragam titik suci yang ada di teluk benoa.
Kata kunci: Reklamasi Teluk Benoa, Masyarakat adat, Gerakan sosial.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Nugroho, Santoso Febri (2018) Kesadaran Kolektif Dalam Gerakan Sosial Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa (Studi Gerakan Lingkungan Hidup Penolakan Reklamasi Teluk Benoa Yang Dilakukan Oleh ForBALI di Denpasar, Bali). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
I Made Anom Wiranata (2020) Gerakan Warga Desa Adat Di Bali Menentang Reklamasi Teluk Benoa: Studi Fenomenologi Hermeneutik Dalam Perspektif Gerakan Sosial Baru. Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA
Suantika, W. (2015). Resistensi Masyarakat Lokal terhadap Kapitalisme Global: Studi Kasus Reklamasi Teluk Benoa Bali Tahun 2012-2013. Jurnal Hubungan Internasional, 8(1).
Subekti, S. (2019). Perjuangan Masyarakat Adat untuk Keadilan Ekologis di Teluk Benoa, Bali.
Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 3(1), 53-67.
Akbar, I. KONSERVASI LINGKUNGAN HIDUP MENURUT AJARAN HINDU (Bachelor's
thesis).
ASTAWAN, P. N. O. (2018). Strategi ForBALI dan Perjuangan Berbasis Adat dalam Proses Advokasi untuk Menentang Kebijakan Reklamasi Teluk Benoa (Studi tentang Gerakan Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa) (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Widyanata, I. M. A., Erawan, I. K. P., & Bandiyah, B. (2017). Gerakan Perlawanan Gelombang Kedua Desa Adat Pasedahan Kabupaten Karangasem dalam Menolak Kebijakan Reklamasi Teluk Benoa (Doctoral dissertation, Udayana University).
Subagia, N. K. W., Holilulloh, H., & Nurmalisa, Y. (2016). Persepsi masyarakat terhadap konsep tri hita karana sebagai implementasi hukum alam. Jurnal Kultur Demokrasi, 4(2).
Hadriani, N. L. G. (2022). Perlindungan Hukum Adat Terhadap Pelestarian Lingkungan Alam Dalam Masyarakat Bali. In Prosiding Seminar Nasional IAHN-TP Palangka Raya (No. 1).
Nilotama, S. K. L. (2009). Makna Simbol Gelar Raja Dalam Masyarakat Adat Bali. Jurnal Visual Art & Design, 3(1), 43-56.
Candrawan, I. B. G. (2015). Kosmologis Masyarakat Hindu Di Kawasan Tri Danu Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup. Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama Dan Kebudayaan, 14(26). https://doi.org/10.32795/ds.v14i27.44
Dewi, I. G. S. (2019). Penolakan Masyarakat Terhadap Reklamasi Teluk Benoa Provinsi Bali.
Diponegoro Private Law Review, 4(1), 390–400. http://www.forbali.org/,
Hermawan, I. M. S., & Susilo, H. (2018). Konsep literasi lingkungan dalam perspektif budaya tri hita karana masyarakat Bali: sebuah kajian literatur. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Biologi, 696–703. http://www.jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/SemnasBIO/article/view/710
Melucci, A. (1996). Challenging Code. Cambridge: Cambridge University Press.
Putra, I. W. S. (2020). Etika Lingkungan Dalam Upacara Tumpek Wariga Pada Masyarakat Bali.
Śruti: Jurnal Agama Hindu, 1(1).
Subekti, S. (2019). Perjuangan Masyarakat Adat untuk Keadilan Ekologis di Teluk Benoa, Bali. Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 3(1), 53.
https://doi.org/10.14710/endogami.3.1.53-67
Suryadana, P., Noak, P. A., & Azhar, M. A. (2021). Perilaku Kolektif Masyarakat Adat dalam Terbentuknya Pasubayan Desa Adat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa Tahun 2016. Jurnal Politika Udayana, 1(2), 1–12.
Wiranata, I. M. A., & Siahaan, H. (2019). Konstruksi Identitas Kolektif Warga Desa Adat dalam Gerakan Tolak Reklamasi Teluk Benoa di Bali. JURNAL KAJIAN BALI, 09(02).
Sartini, N. W. (2017). Makna simbolik bahasa ritual pertanian masyarakat Bali. Jurnal Kajian Bali, 7(2), 99-120.
Parmi, H. J. (2020). Upacara Adat Dan Konservasi Penyu Di Kuta Dan Tanjung Benoa, Bali. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan), 4(3). http://dx.doi.org/10.58258/jisip.v4i3.1470
Budaarsa, K., Budiasa, K. M., & Hindu, U. (2013, October). Jenis Hewan Upakara dan Upaya Pelestariannya. In Makalah disampaikan pada seminar hewan upakara Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar (Vol. 29).
Dharmika, I. B. (2019). Danu Kertih.
Rindawan, I. K. (2017). Peranan Awig-Awig dalam Melestarikan Adat dan Budaya di Bali.
Widya Accarya, 7(1).
Suadnyana, I. B. P. E. (2020). Desa Pakraman sebagai Lembaga Adat dan Lembaga Agama bagi Kehidupan Masyarakat Hindu di Bali. Dharma Duta, 18(1), 21-32.
https://doi.org/10.33363/dd.v18i1.446
Putra, I. G. B. V., Bandiyah, B., & Noak, P. A. Gerakan sosial politik meme pada media sosial Instagram untuk Bali tolak reklamasi (Doctoral dissertation, Udayana University).
DOI: https://doi.org/10.37950/joc.v3i2.516
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Journal of Citizenship (JOC) is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.